Soko Berita

Bandung Dinobatkan Sebagai Kota Termacet, Wali Kota Farhan Siap Gandeng TomTom

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan tanggapi survei TomTom Traffic Index yang menyebut Bandung kota termacet di Indonesia. Ia ingin kolaborasi berbasis data.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
09 Juli 2025
<p>Kemacetan kerao terjadi terjadi di Kota Bandung, Survei TomTom Traffic Index yang menyebut Bandung kota termacet di Indonesia. (Dok.bandung.bisnis.com)</p>

Kemacetan kerao terjadi terjadi di Kota Bandung, Survei TomTom Traffic Index yang menyebut Bandung kota termacet di Indonesia. (Dok.bandung.bisnis.com)

SOKOGURU, BANDUNG — Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menanggapi laporan TomTom Traffic Index 2025 yang menempatkan Bandung sebagai kota termacet di Indonesia. 

Meskipun mengaku baru pertama kali mendengar nama lembaga survei internasional tersebut, Farhan menyambut positif hasil survei dan membuka peluang kerja sama.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan saat diwawancarai wartawan. (Dok.Pemkot Bandung)

“Saya baru dengar soal TomTom, tapi kalau ini lembaga internasional, saya sangat ingin undang mereka ke Bandung untuk memaparkan hasil surveinya,” ujar Farhan di TVRI Jawa Barat, Selasa (8/7/2025).

Baca juga: Teras Cihampelas akan Direnovasi! Wali Kota Bandung Farhan Siapkan Penataan Besar-Besaran

Menurut TomTom Traffic Index, rata-rata waktu tempuh perjalanan sejauh 10 kilometer di Kota Bandung mencapai 33 menit—angka yang menandakan tingkat kemacetan yang serius. 

Solusi Kemacetan Kota Bandung Butuh Data dan Teknologi

Farhan mengakui kemacetan merupakan masalah besar yang membutuhkan solusi berbasis data dan teknologi.

“Sampai sekarang saya belum tahu siapa pengelolanya, tapi kalau ketemu, saya akan undang resmi. Jika datanya bisa jadi biodata mobilitas, tentu sangat berguna untuk kebijakan transportasi,” tegasnya.

Baca juga: Pemkot Bandung Gempur Rentenir: Satgas Antirentenir Dibentuk, UMKM Dapat Akses Modal Aman

Dari data internal Pemerintah Kota Bandung, kemacetan terparah terjadi di Jalan Soekarno Hatta, terutama saat jam sibuk: pukul 06.00–10.00 dan 16.00–20.00. Sedangkan titik kepadatan lainnya, seperti di Jalan Ir. H. Juanda, Sukajadi, dan Setiabudi, hanya padat di sore hingga malam hari.

“Ini menunjukkan ada perilaku mobilitas masyarakat yang unik. Tapi datanya masih asumsi, belum lengkap,” jelas Farhan.

Farhan Tekankan Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memahami lebih dalam pola pergerakan warga Bandung. 

Baca juga: Bandung Masuk 100 Kota Terbaik Asia Pasifik 2025, Kalahkan Surabaya dan Medan!

Farhan menyebut kerja sama dengan lembaga seperti TomTom bisa menjadi langkah awal menuju pengelolaan kota berbasis digitalisasi, big data, bahkan blockchain.

“Sudah saatnya Kota Bandung terbuka terhadap semua bentuk kerja sama teknologi digital untuk mengatasi masalah klasik seperti kemacetan,” pungkasnya. (*)